Puisi_Abdul
Rauf
Dalam
Bingkai Malam
Malam yang telanjang
tersesat selimut ke dalam igauan
sedang kabut panjang
menggigil malang
di dingin malam
kulihat bayang-bayang menggelepar
menggetarkan jejak yang tertinggal
Lonceng
Malam
Dalam serambi ada hujan
Mengayuh sempat jatuh
Hantarkan malam ke ranjang peraduan
Gemercing lonceng
Sayup-sayup mengitari malam
Dan getarnnya meruncing
Menembus
pekatnya telinga.
Udara
telah meredup
Tak ada yang disuguhkan dedaunan
setelah udara meredup
selain nyanyian belalang
di tiap perempatan
pada setiap dahan
sebagai awal kepulangan burung
ke sarang.
Layang
- layang putus
Ada layang-layang putus
berayun di tiup angin
dari berbagai arah
dan setiap penjuru di gerakan
kau menari di angkasa
sesekali meunukik turun
jika tertangkap anak
diamlah jangan meronta
Tapi apa arti layang putus
Jika topan membawa ke hutan
Memahat
bulan
Apa kau tahu
ada yang memahat bulan
sebagai mas kawin untuk diberikan
deburan ombak
lalu kenapa kita hanya
mampu menyelusuri pantai
untuk melukis wajahmu di pantai itu
o, tidak mungkin
sebab jejak langkah belakang kita
begitu indah, tapi
itu sesaat
karena ombak segera datang
menghapusnya
Di
bawah rindang hujan
Rindang hujan bercumbu
bersama belati, lalu ditancapkan
ke jantung
mereka sendiri, ia pernah bertanya
tentang belati pada bapakku
kapan kita menyadap
pinus hingga setiap pohon
bisa menulis nama baru
Suara
sanderas
Suara sanderas di atas akasia
sayup menyapu dedaunan
di ujung malam itu
mereka berebut tempat
di ranting dan memaksa embun
melemparkan ke parit
setelah lagu kebaktian
dihafalkan 20 tahun
Di
minggu pagi
Hari minggu pagi, kulihat wanita
berjalan lembut karena kainnya dari kebaya nilon
ia meninggalkan rumah menuju taman yang terlentang
antara pohon jambu dan mahoni, ia ingin melihat
sekuntum mawar yang ditanam pada matanya
tersembunyi di selembar rambut yang bergetar
dalam ingatan, bahkan telah meledak pada tempat yang senyaman ini
seakan dalam matamu melubangi ingatanku
lebih dari yang disebut musim gugur atau jerit bayi
yang mekarkan hati seorang ibu
tapi mengapa dalam kenangan riuh dan matamu
yang telah matang gairahkan seribu lagu seketsa
wajah.
Bayang tanpa kelamin
bayang - bayangmu
semalam
tanpa kelamin
ada pengantin
di bayang - bayangmu
semalam
Ukiran
ayat di nisan
Bunga-bunga disebar sepanjang, jalan
disirami rembulan dan dibakar matahari
seperti tanah pekuburan yang subur
banyak lumut tumbuh, pada musim
yang ranum.
tapi mengapa bocah itu menangis
melihat pekuburan ayahnya berubah
menjadi bangunan kaca
yang sesak berjejal
dari ukiran ayat-ayat setelah menjaga doa
menguap ke tempat zikir
di keagungan maha segala.
hidup ini fana, ayah
juga cinta kita
burung gereja telah merebutnya
di pucuk-pucuk kamboja.
Ada yang belajar melipat daun
Perempuan itu memasukki hutan pinus
saat tiba musim semi
hanya untuk belajar melipat daun
dan
ranting
juga sesekali menatap basah kabut
yang tertangkap
dalam
kenangan
masa kecil
Mimpi - mimpi ombak
Ia kembalikan mimpi-mimpi
yang telah di berikan lewat
deburan ombak, padahal bulan
menyembur dengan santun ke dermaga
setelah burung camar pulang
sisakan kecupan jadi purba
sebab ombak mengembalikan mimpi
lewat bulan ynag bersentuhan
di dermaga
remang mercusuar menyembur santun
memikat pandang setiap datang
0 Komentar